Rabu, 31 Oktober 2018

Cahaya Di Antara Bercahaya ll SZT


Cahaya Diantara yang Bercahaya


Lembayung berkilat mendung...

Rinai jatuh tak mampu terbendung...

Takdir kian mendecakkan relung...

Sebab, nafas ini sudah tuntas di jalan yang berujung...

Aku akan pulang...

Sebagai hamba yang memikul segenap dosa-dosa usang...

Aku pasti pulang...

Menuju pada segala yang tak pernah hilang...

Direnggut oleh izrail sembari lirih meneguhkan hati...

Menyebutkan kesaksian atas nama Illahi...

Hidupku telah menaungkan usai...

Liang lahat kinilah yang aku diami....

Pulang ialah kembali...

Semua punya lekang yang pasti...

Hidup akan berjumpa dengan mati...

Cahaya masih saja menerawang tinggi...

Pasti ia tembus hingga ujung yang tak bertepi...

Cahaya itu akan redup nanti...

Saat Yang Maha Memiliki cahaya itu berkata sudah waktunya kau kembali...

Entah, dengan tauhid yang sejati atau dengan serakah yang tak berperi...

Kita semua akan sampai pada tuju yang disebut dengan mati...

Mari, bermuhasabah diri...


Syafitri Zahra Togubu

Bekasi, 31 Oktober 2018

Selasa, 30 Oktober 2018

Kekasih Bawah Tanah II King Laef


Kekasih Bawah Tanah


KEKASIH BAWAH TANAH  [KING LAEF]
Berapa lama kau sanggup ? 
Selesaikan saja tenangmu dengan diam, tapi jangan hilang !! itu pinta sang pecinta. bukan si ulung hardik pengakuan, karena seyogyanya Pengakuan ialah bahagia yang mekar sekejap dalam palung paling ngilu. Jangan meragu!! Seperti ibu, ketika menempel hiasan di pintu kulkas dengan anekdot berupa macam. ibu tidak takut. 

Ibu tidak khawatir akan hilang. ibu paham jika hilang berarti ia harus menikmati dalam bentuk yang tidak ada pula. Begitulah kekasih bawah tanah-ku. Tanpa meracau seperti merecon di timeline medsosnya, tanpa duga serupa, tanpa iba berlimpah, rasanya slalu jenaka, ia berbeda dari kebanyakan pecinta. Aku cinta. 

Pernah suatu waktu beberapa jengkal sebelum matahari terbenam, ia dan kawan baiknya sedang khusyu beribadah senja, katanya; senja adalah terapi merebahkan penat, dimana kesibukan serupa air laut yang terus menyengat. ia mengabadikan moment dengan semangat yang hampir hilang oleh siluet senyum saktinya. Kemudian mengirimku beberapa percakapan mata dan aku, mataku berkaca-kaca. Langit gelap, ia menuju pulangnya setelah penatnya pergi bersama jingga yang memudar. Malam seperti kawan baiknya. Membaca, Nada, Gitar, Cerita, Luluran, Tuntaskan game, Larut, dan Rehat. 


Aku bahkan tak paham, kenapa pagiku begitu teduh saat pesan audionya kudengar pertama kali. Náh bïlá ; kalau ia dalam ceret uap emosi, aku menjelma gelas dingin kopi. hangatnya seperti pagi syawal di pedesaan tengah halmahera. Deringan telpon mengetuk rehat, Bangun dan menyapa.

Jauh sebelum ini.
Aku ingin memberitahumu;
Inilah waktunya.
Kekasihku...

Kau harus tahu, akan ada saat-saat yang tak mudah yang harus kita hadapi nanti. Jangan berpikir aku telah berhenti peduli, jika saja aku salah cepatlah katakan agar aku segera memohon ampunan. Jika aku terlihat mengabaikan, jangan cari perhatian lain. 
Marahlah padaku agar aku bisa mengatur kembali pola hidupku, aku tak pernah tahu bagaimana akhir dari semua hari. Aku hanya tahu kini dan nanti, kaulah yag ingin ku miliki. Terimakasih sudah memilihku, tetaplah kuat melalui apapun itu. Jangan menyerah, meski kau lihat akupun mungkin saja bisa lelah. Kau dan aku, hanya perlu saling menguatkan. Bukan mencari hal-hal yang bisa membuat lemah dan terjarakan. Sejak denganmu aku tak lagi mencari cinta, sebab bagiku cukuplah kamu saja.
Kau harus tahu.


Tentangmu pada semua cerita.

Pada semua masalah kita. Aku tetap mencintaimu dengan segenap aku, caraku, dan semua pelajaran yang kudapat darimu. Dari aku, lelaki gila yang mencintaimu dengan seluruhnya.




Makassar 27 Oktober 2018
KING  LAEF 

Sabtu, 13 Oktober 2018

KASTIL ( III ) By: kingLaef

KASTIL ( III )
By: kingLaef

Ini Ketiga, pertama sebagai pengantar membakar nalar, lalu kedua perihal ganja sebagai medis yang tak ada dalam alternatif, tutur seorang pengacara anti meanstream beri wejangan edukatif. Respect... tidak main-main, bukan iseng belaka di sakramen gingseng, ini tulisan untuk meredam wacana-wacana prematur. Keparat media daring, hoax segaring kerupuk kemarin Uupps... sesuatu yang kering terlalu dibasahi dalam larutan oralit agama, sedangkan berpihak adil hanyalah tumbal tanpa sesajen yang empuk untuk digoreng. Sampai media dan politisi bebas menakar kadar iman...bangsat.. seenak jidat rekayasa perkara...syahwat...
*
Sudahlah.... kita sama bersalah.. terlalu men-tuhan-kan agama, sampai lupa mempersiapkan diri dari kilat ajal. Stttt diam, biar hening segala sirine, pulangkan saja panglima-panglima kastilku yang dipaksa berdarah kala menulis sekte penjara. Suara bawah tanah, gaung pelecehan, pedofil melalang buana di sekolah. Dari penjara ke penjara si tuan tan malaka di tipex hitam dalam buku sejarah, selokan, aturan, dan pungutan.

BERSAMBUNG. . . . . . . . . . . . . .

Jumat, 05 Oktober 2018

KASTIL II King Laef


A-The Falken (King Laef)

KASTIL ( I )

By: kingLaef
Sejak 2008 berkecimpung di dinding ratapan, banyak kenaifan yang telah terbagi layak doa arogan di musim hujan.hati mata telinga di era eforia digital ini menawarkan aku, kau, juga kita semua untuk terus menggali liang sendiri sebagai tempat pulang paling aman dan juga paling riskan... oouhh sialan...
aku masih tetap menjadi seorang bocah mahkota dengan kepalan beban meminta tunjangan di akhir bulan, kadang sang ayah bertutur, tak apa nak, itu kewajiban ayah selagi anak masih dijalur pendidikan. aku tersedak haru namun congkak, ah jawaban lembut itu aku pikir hanya sebagai pelarian dari banyaknya akumulasi kekesalan yang sering bertandang.                   

Dan karenanya hingga detik inipun aku masih menjaga kewarasan untuk menolak sama dengan apa saja bahkan dalam mengkritisi diri sendiri. Gila, ambigu, samar, frontal, masabodoh, dekil, berprosa bangkai, mati, biarlah, toh nama asli ari-ari ku masih bersih terjaga di bawah tanah yang sering ku-istilah-kan sebagai kastil bercahaya. Asa dan aku,di saku masih ada pemantik badai ambisi, dengan narasi kegilaan sebagai bentuk perlawanan. 

Meskipun perlahan-lahan, kalian semualah yang terbaik, biarlah sisi ter-balik aku yang ambil bak jatuh di jam pasir, terkilir, tersingkir, merasa asing di dalam super culture kalian, trend elite yang kalian semua kultus. jangan nafikan, selebihnya akulah yang menang dalam tenang di tidur panjang seperti pemuda kahfi, yang lebih menghargai perbedaan sambil menertawakan diri sendiri.
Aku pengagum garis keras Ayu Utami,
dan Aku benci bunyi seruputan kopi.

KING_LAEF


KASTIL ( II )By: kingLaefKemudian, sebelum rentetan makian itu menuju degradasi, keretaku membawa tanda baca dibalik tinta, ada sebilah pisau di mata alur, maka kutabur jaring pukat dalam frasa ganda, bukan gundah, ini Gun dalam bazooka ambigu.Semarak ini banyak aku dalam pribadi lain tak lihai menelan beberapa informasi dari penggiat rating, sembari merelakan alasan bahwa nilai kemanusiaan hanya tergantung dari kita yang dekat dengan itu... hey lihatlah!! kita sudah terlalu mabuk dengan agama, sedangkan negeri tetangga telah melegalkan ganja untuk medis. Medis!! sekali lagi medis. Tapi media medusa menggoreng auto dadakan seakan menampar kita bahwa koin akan hancur dalam tumpukan magnet. Analogi koin ini yang mendistrak sekalian memenjarakan kita pada nilai kemanusiaan tadi. sekalian saja menaruh wabah hitam madagaskar dalam minuman murah yang dibakar para amatir belakangan ini. haha Kadar, disunting, Dogma, ditelan, merangsang nalar dalam senggama kata-kata tuan dan puan.Serupa ganja, aku berhasil membakar ibadah dalam tiap prasangka. Kafiri saja aku, biar kalian tahu cakrabirawa adalah sejarah kelam ludah tanpa enzim.
Aku bahagia setelah tahu, bahwa pesan dalam Album #BacaCerita adalah bentuk perlawanan, serupa The Frikis of Cuba, hingga Aksi Suspensi di Kroasia.
Perlawanan senyap di balik belukar.
Biarlah Kastil-ku dijemput tim mawar.
BERSAMBUNG.....





Sumber kieng Laef (A-The Falken)

BATU BARA MENGETUK PINTU

KingLaef & Asar Shame Terseret abad revolusi industri Patani Timur, Desa Peniti Damuli, Mendengar kabar saja Sun...