Selasa, 22 Oktober 2019

BATU BARA MENGETUK PINTU


KingLaef & Asar Shame

Terseret abad revolusi industri
Patani Timur, Desa Peniti Damuli,
Mendengar kabar saja
Sungai Gowonle Seketika mengeruh.
Isyaratkan tak mau tercemar limbah
Seperti saudara kandungnya yang entah
Sekarang apa kabarnya? Pulau Gebe!
Puluhan tahun tanah Gebe dicukur
Pabrik asing datang menggusur
Halteng seolah tak tahu apa-apa
Gebe kembung janji-janji latah.
Salam untuk barakat kopra dan fuli pala
Batu bara mengetuk pintu membawa Bazooka
Dengan alasan energi terbarukan padahal lawas
Nihil, seumpama mata kail tersangkut dimulut abunawas
Investor-Investor Dinasti Berkepentingan!
Perlawanan api-api kami terbakar oleh Gemuruh
Muak-muak kini di sulut saat isu dan isu berseteruh
hey pak luhut! jangan datang ambil tanah punya mustika
Tuhan tahu, tahun-tahun kami diasah
Jangan mau mengalah oleh deal-deal solusi
Industri bak preman palak
Politik balas budi pejabat-pejabat dijadikan bidak
Ulah mobilisasi alat berat banyak jalan makin rusak
Stop Ekploitasi alam dengan aneka slogan
Kami, Aliansi Pengasah Pisau Kata terus melawan.

Makassar, KingLaef


_______________________________________________________________________________________________________________________________________________
___________________________________________

Adakah sang pendakwah yang merusak alam,
melegitimasi kehancuran? bisa saja...
Bahkan di negeri kami ada sang raja pendusta
Atas nama tuhan menjaga alam

Nyatanya" DORANG SAMUA SAMA SASAJA"
Apakah kalian sampai hati
Biarkan mata air Midolof dan Gowonle
Tercemar logam berat demi Luhut Binsar Panjaitan dan pe-China-an?
750 mega watt untuk PT IWIP
Bukan sekedar usaha menyingkirkan Lon Gul dan Bok Silim
Tapi menghina Leluhur kami, meludahi muka petani.
Buka mata, menolak buta,
Rusaknya hutan kalimantan akibat ulah pertambangan batu bara sudah cukup menjadi bukti
Ingatkah kau atas pesan Yang Mulia Sultan Nuku?
"Jikalau Engkau Bertuan Dengan Kedzaliman
 Maka Negeri Ini Bermuram Durja"
Jika niat mensejahterakan rakyat
Maka bangun ekonomi kerakyatan
Sebab kita, pala, cengkih, kelapa, cokelat dan sagu
Patani punya itu; Kepunyaan Haleyora
Baca kembali Halmahera bukan sekedar obat penenang tidur
Apalagi sebagai proyek oligarki; Meki! telah terlihat
Siapa yang pembual, siapa yang masih teguh pendirian
Pemerintah... ingat!
Tak ada izin operasi tambang batu bara di tanah Patani
Ini adalah tanah harapan yang diberkati
Untuk generasi, jangan kalian rampas lagi.

Tidore, Asar Shame
______________________________________________
x
x

Senin, 01 Juli 2019

kabar manis dari pulau K - kingLaef

kabar manis dari pulau K

Sepasang nyawa yang rela tuang nyali,bertarung takdir dalam tudung keyakinan. Kita hidup bukan dizaman para kafilah yang menulis kisah di pelepah daun kurma, maka aku merapal pinta pada kenangan kata untuk mata dalam genangan, pada yang maha pengatur kejadian. Dan Fayakun, ketika nanti cahaya dalam perjalananku padam bersama dengan tiap jumawa rinduku, usaplah doa lama yang tersimpan dalam lampu yang kita mempercayainya ajaib, meskipun kini telah raib. tapi ini bukan pertunjukan, bukan melukis aib,  bukan mewarnai tempo, ini pengakuan magrib kepada pagi saat jenuh berkecamuk dengan semua nilai buruk. Yah semakin bertumbuh buruk satu dari sekian anak-anak rindu kita, aku kutuk menjadi buku saku yang kuberi judul penghargaan pada jejak. Karena nanti Ketika akan memasuki sebuah perkawinan. Orang harus mengajukan pertanyaan:
Apakah menurutmu kamu akan mampu melakukan percakapan yang baik dengan perempuan ini sampai usia tua??

_______________________
Hey, apa kabar?
Sudah lama ya,  kita tidak lagi saling  membalas surat tulisan tangan atau board qwerty di handphone. Selamat membaca warta ini manis, aku kumpulkan diksi yang hampir tak bernyawa. Mulai dari dasar suatu laut yang sama kita pernah tenggelam dalam palung dua puluh tujuh ribu kaki, nyaris beku, pernah menggigil, tapi mustahil ia mati.
--)
Lalu jejak gigil itu membawa aku berteduh ke suatu persinggahan yang ada perapian hangat, jauh, di tengah halmahera.
Ia wanita api yang entah kenapa namanya aku pahat di dinding kastil bawah tanahku. perjalanan berapa windu yang rapuh, tapi seminggu lalu dengan puing kenangan yang masih tersisa, sepertinya tak ada kanvas yang pas untuk aku bangun rubrik berbentuk K., kau harus melahap kabar manis ini sebagai kejutan bila nanti aku yang duluan tamat di panjang cerita.

Aku masih sama tak bersaku, hanya ada sedikit sinopsis di bahu.
Tak sekuat dulu, tapi maukah kau bersandar sebentar dengan jam pasir di genggaman ha. Wanita dengan jingga d di pelipis menuai padi untuk diri sendiri ketika beberapa laten kuselami dengan tangan dingin.

Sampaikan kepada bala rintik matamu untuk membunuh amarah yang terlanjur meluap sampai ke ubun-ubun. Sampai cinta usang ini bawaku ke tahap kerinduan.
yang paling keterlaluan.












SUNGGUH, KAMU BERHAK BAHAGIA DENGAN CARAMU SENDIRI.
Dan aku berhak mendoakan keselamatanmu.

_____________________________________________

#PANG_
#KING_LAEF

Jumat, 22 Februari 2019

KASTIL (V) By: kingLaef

KASTIL (V) By: kingLaef


King Laef - MDj
Aku kenal mereka dari sengat bau takdirnya. Tergeletak hangus di aspal yang dicaci bohlam jalanan. Matanya tak pernah ditengok, apakah bulat telanjang seperti punyaku? Hanya sayap yang melawan kaki terpaku. Kini ia datang bergerombol dari utusan musim yang telah buntu, ia berseru, bantu aku wahai pengikutku... ikut aku membobol akidah yang kering lidah Ashadu perihal Alastu dan Birabbikum.
Tak ada secuilpun nista dari ayat puisi lama, istirahatlah para penduga. Kepulan murka di masa Samiri telah usai kini berganti menjadi karapan sapi mitologi abad 21, para kepala partai saling membunuh dengan jutsu kambing hitam, Lalu mencari beringin tuk berteduh pitam, seraya memploklamirkan pedoman hidup sejahtera ialah belas kasihan dari si tangan besi bercakram. Kastil-ku bergejolak dengan nada tidak percaya, pupuklah perlawanan jika hak-hak berkreasi akan diberangus oleh rancangan yang dirancang oleh beberapa kepala saja yang hanya menimbang dana sebagai wacana sebelum diganti kepala bedebah lainnya. Shut up... Udang-udang dibalik batu, undang-undang kami tak butuh, karena kelak jika mati, keluarga kita sendiri yang akan menanggung utang piutang sendiri, BUKAN KALIAN.

Bukan juga rekening gendut dana siluman kalian pemerintah yang apalah-apalah, fakLah robek mulut solek AparaTus yang memohon pungli tiap mengajukan perizinan.
Dan masih saja pengayom hanya beberkan citra di media dengan melupakan fakta di dunia nyata.




BERSAMBUNG . . . . #kingLaef #PANG

Kamis, 14 Februari 2019

Untuk Torang Samua (Budayakan Membaca)


Kewarasan kita akan diuji sebagai Makhluk sosial yang berpendidikan menjelang Momentum
[Ayam Baku Rebe Makanan].
1. Setiap orang berhak dipilih...
2. Setiap orang berhak memilih...


  1. Untuk mereka yang berhak dipilih adalah orang-orang yang tidak hanya mampu secara akal sehat dan kemampuan mengawasi proses perjanalanan daerah menuju perubahan ke arah yang baik, namun kita butuh orang-orang yang mengerti tentang hakikat daripada kehidupan itu sendiri.

    Tujuannya sederhana, seluruh elemen Masyarakatnya hidup teratur, jauh dari kemiskinan, kehesatan Masyarakat dan lingkungan terjamin, kekokohan kebudayaan, pendidikan yang bermutu, keharmonisan yang tulus dan lain lain yang tergolong hal baik dan benar demi kemajuan Masyarakat dan Daerah. 


    Apabila kita (Masyarakat) yang kualitas sumber daya manusianya masih jongkok (maaf) haruslah dengan gembira dan tulus mendukung orang-orang yang sudah berniat untuk bertarung secara sehat demi membangun daerah dengan telah melewati beberapa persyaratan diatas tadi.

    Anehnya, kita yang sudah tidak bisa apa-apa dan memang TIDAK BISA APA-APA melihat orang-orang yang sudah berusaha bersaing secara sehat dalam momentum ini merasa keberatan dan menolak mendukung kecuali ada harga roko deng doi pulsa. Ini satu kebodohan yang perlu Om, Bibi, Nyong deng Nona sadari. Apalagi orang-orang yang memilih berjuang sudah tidak diragukan lagi Loyalitas, Integritas, Akuntanbilitasnya terhadap Negeri ini


    - TOLONG JANGAN JADI BATU DALAM RUMAH SANDIRI
    - STOP PIARA IRI HATI
    - STOP 
    PAKA DADA KALAU KOSONG
  2. Untuk yang berhak memilih, kita haruslah mengerti bahwa setiap Manusia dan akalnya memiliki standar kebenarannya masing-masing. Ini akan menjadi hal tersulit jika kita tidak pernah mau belajar mengenal siapa kita dan siapa pilihan kita. Sadar atau tidaknya, pilihan kita menentukan masa depan daerah ini, meskipun sehari sebelum tusuk dada (COBLOS) torang sudah punya doi roko dan pulsa.

    Maka pilihlah orang-orang yang benar layak dan pantas. Kalaupun sudah menentukan pilihan dan pilihan kita melenceng dari nilai nilai kebaikan dan kebenaran, jangan sesekali marah tapi berbaringlah ditempat ternyaman kita dan silahkan buang ludah suapaya jatuh ke wajah sendiri lalu sadar diri.


    Dan untuk kita (Yang Otaknya Sadiki Tiarap Alias kurang mangarti banyak) tolong jangan saling menjatuhkan. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan, tapi menilai dengan baik dan teliti sebelum memilih merupakan jalan KEWARASAN.


Ini Bukan Lagu Hip Hop atau Puisi.
Amal Hasanuddin. Tidore, 14 Febuary 2019

Amal Hasanuddin 

Jumat, 08 Februari 2019

SEVENTEEN - KEMARIN (By Tereza) II Cover Video (MDj) II



Kemarin engkau masih ada di sini
Bersamaku menikmati rasa ini
Berharap semua takkan pernah berakhir
Bersamamu
Bersamamu


Kemarin dunia terlihat sangat indah
Dan denganmu merasakan ini semua
Melewati hitam-putih hidup ini
Bersamamu
Bersamamu


Kini sendiri di sini
Mencarimu tak tahu di mana
Semoga tenang kau di sana
Selamanya


Aku selalu mengingatmu
Doakanmu setiap malamku
Semoga tenang kau di sana
Selamanya


Kini sendiri di sini
Mencarimu tak tahu di mana
Semoga tenang kau di sana
Selamanya


Aku selalu mengingatmu
Doakanmu setiap malamku
Semoga tenang kau di sana
Selamanya


SEVENTEEN-KEMARIN
Penulis lagu: Kakanda Alm. Herman Sikumbang

#COVER_VIDEO
https://www.youtube.com/channel/UCQqtfulGwODr3VW728WaDVg/featured?view_as=subscriber?sub_confirmation=1



BATU BARA MENGETUK PINTU

KingLaef & Asar Shame Terseret abad revolusi industri Patani Timur, Desa Peniti Damuli, Mendengar kabar saja Sun...