Selasa, 22 Oktober 2019

BATU BARA MENGETUK PINTU


KingLaef & Asar Shame

Terseret abad revolusi industri
Patani Timur, Desa Peniti Damuli,
Mendengar kabar saja
Sungai Gowonle Seketika mengeruh.
Isyaratkan tak mau tercemar limbah
Seperti saudara kandungnya yang entah
Sekarang apa kabarnya? Pulau Gebe!
Puluhan tahun tanah Gebe dicukur
Pabrik asing datang menggusur
Halteng seolah tak tahu apa-apa
Gebe kembung janji-janji latah.
Salam untuk barakat kopra dan fuli pala
Batu bara mengetuk pintu membawa Bazooka
Dengan alasan energi terbarukan padahal lawas
Nihil, seumpama mata kail tersangkut dimulut abunawas
Investor-Investor Dinasti Berkepentingan!
Perlawanan api-api kami terbakar oleh Gemuruh
Muak-muak kini di sulut saat isu dan isu berseteruh
hey pak luhut! jangan datang ambil tanah punya mustika
Tuhan tahu, tahun-tahun kami diasah
Jangan mau mengalah oleh deal-deal solusi
Industri bak preman palak
Politik balas budi pejabat-pejabat dijadikan bidak
Ulah mobilisasi alat berat banyak jalan makin rusak
Stop Ekploitasi alam dengan aneka slogan
Kami, Aliansi Pengasah Pisau Kata terus melawan.

Makassar, KingLaef


_______________________________________________________________________________________________________________________________________________
___________________________________________

Adakah sang pendakwah yang merusak alam,
melegitimasi kehancuran? bisa saja...
Bahkan di negeri kami ada sang raja pendusta
Atas nama tuhan menjaga alam

Nyatanya" DORANG SAMUA SAMA SASAJA"
Apakah kalian sampai hati
Biarkan mata air Midolof dan Gowonle
Tercemar logam berat demi Luhut Binsar Panjaitan dan pe-China-an?
750 mega watt untuk PT IWIP
Bukan sekedar usaha menyingkirkan Lon Gul dan Bok Silim
Tapi menghina Leluhur kami, meludahi muka petani.
Buka mata, menolak buta,
Rusaknya hutan kalimantan akibat ulah pertambangan batu bara sudah cukup menjadi bukti
Ingatkah kau atas pesan Yang Mulia Sultan Nuku?
"Jikalau Engkau Bertuan Dengan Kedzaliman
 Maka Negeri Ini Bermuram Durja"
Jika niat mensejahterakan rakyat
Maka bangun ekonomi kerakyatan
Sebab kita, pala, cengkih, kelapa, cokelat dan sagu
Patani punya itu; Kepunyaan Haleyora
Baca kembali Halmahera bukan sekedar obat penenang tidur
Apalagi sebagai proyek oligarki; Meki! telah terlihat
Siapa yang pembual, siapa yang masih teguh pendirian
Pemerintah... ingat!
Tak ada izin operasi tambang batu bara di tanah Patani
Ini adalah tanah harapan yang diberkati
Untuk generasi, jangan kalian rampas lagi.

Tidore, Asar Shame
______________________________________________
x
x

Senin, 01 Juli 2019

kabar manis dari pulau K - kingLaef

kabar manis dari pulau K

Sepasang nyawa yang rela tuang nyali,bertarung takdir dalam tudung keyakinan. Kita hidup bukan dizaman para kafilah yang menulis kisah di pelepah daun kurma, maka aku merapal pinta pada kenangan kata untuk mata dalam genangan, pada yang maha pengatur kejadian. Dan Fayakun, ketika nanti cahaya dalam perjalananku padam bersama dengan tiap jumawa rinduku, usaplah doa lama yang tersimpan dalam lampu yang kita mempercayainya ajaib, meskipun kini telah raib. tapi ini bukan pertunjukan, bukan melukis aib,  bukan mewarnai tempo, ini pengakuan magrib kepada pagi saat jenuh berkecamuk dengan semua nilai buruk. Yah semakin bertumbuh buruk satu dari sekian anak-anak rindu kita, aku kutuk menjadi buku saku yang kuberi judul penghargaan pada jejak. Karena nanti Ketika akan memasuki sebuah perkawinan. Orang harus mengajukan pertanyaan:
Apakah menurutmu kamu akan mampu melakukan percakapan yang baik dengan perempuan ini sampai usia tua??

_______________________
Hey, apa kabar?
Sudah lama ya,  kita tidak lagi saling  membalas surat tulisan tangan atau board qwerty di handphone. Selamat membaca warta ini manis, aku kumpulkan diksi yang hampir tak bernyawa. Mulai dari dasar suatu laut yang sama kita pernah tenggelam dalam palung dua puluh tujuh ribu kaki, nyaris beku, pernah menggigil, tapi mustahil ia mati.
--)
Lalu jejak gigil itu membawa aku berteduh ke suatu persinggahan yang ada perapian hangat, jauh, di tengah halmahera.
Ia wanita api yang entah kenapa namanya aku pahat di dinding kastil bawah tanahku. perjalanan berapa windu yang rapuh, tapi seminggu lalu dengan puing kenangan yang masih tersisa, sepertinya tak ada kanvas yang pas untuk aku bangun rubrik berbentuk K., kau harus melahap kabar manis ini sebagai kejutan bila nanti aku yang duluan tamat di panjang cerita.

Aku masih sama tak bersaku, hanya ada sedikit sinopsis di bahu.
Tak sekuat dulu, tapi maukah kau bersandar sebentar dengan jam pasir di genggaman ha. Wanita dengan jingga d di pelipis menuai padi untuk diri sendiri ketika beberapa laten kuselami dengan tangan dingin.

Sampaikan kepada bala rintik matamu untuk membunuh amarah yang terlanjur meluap sampai ke ubun-ubun. Sampai cinta usang ini bawaku ke tahap kerinduan.
yang paling keterlaluan.












SUNGGUH, KAMU BERHAK BAHAGIA DENGAN CARAMU SENDIRI.
Dan aku berhak mendoakan keselamatanmu.

_____________________________________________

#PANG_
#KING_LAEF

Jumat, 22 Februari 2019

KASTIL (V) By: kingLaef

KASTIL (V) By: kingLaef


King Laef - MDj
Aku kenal mereka dari sengat bau takdirnya. Tergeletak hangus di aspal yang dicaci bohlam jalanan. Matanya tak pernah ditengok, apakah bulat telanjang seperti punyaku? Hanya sayap yang melawan kaki terpaku. Kini ia datang bergerombol dari utusan musim yang telah buntu, ia berseru, bantu aku wahai pengikutku... ikut aku membobol akidah yang kering lidah Ashadu perihal Alastu dan Birabbikum.
Tak ada secuilpun nista dari ayat puisi lama, istirahatlah para penduga. Kepulan murka di masa Samiri telah usai kini berganti menjadi karapan sapi mitologi abad 21, para kepala partai saling membunuh dengan jutsu kambing hitam, Lalu mencari beringin tuk berteduh pitam, seraya memploklamirkan pedoman hidup sejahtera ialah belas kasihan dari si tangan besi bercakram. Kastil-ku bergejolak dengan nada tidak percaya, pupuklah perlawanan jika hak-hak berkreasi akan diberangus oleh rancangan yang dirancang oleh beberapa kepala saja yang hanya menimbang dana sebagai wacana sebelum diganti kepala bedebah lainnya. Shut up... Udang-udang dibalik batu, undang-undang kami tak butuh, karena kelak jika mati, keluarga kita sendiri yang akan menanggung utang piutang sendiri, BUKAN KALIAN.

Bukan juga rekening gendut dana siluman kalian pemerintah yang apalah-apalah, fakLah robek mulut solek AparaTus yang memohon pungli tiap mengajukan perizinan.
Dan masih saja pengayom hanya beberkan citra di media dengan melupakan fakta di dunia nyata.




BERSAMBUNG . . . . #kingLaef #PANG

Kamis, 14 Februari 2019

Untuk Torang Samua (Budayakan Membaca)


Kewarasan kita akan diuji sebagai Makhluk sosial yang berpendidikan menjelang Momentum
[Ayam Baku Rebe Makanan].
1. Setiap orang berhak dipilih...
2. Setiap orang berhak memilih...


  1. Untuk mereka yang berhak dipilih adalah orang-orang yang tidak hanya mampu secara akal sehat dan kemampuan mengawasi proses perjanalanan daerah menuju perubahan ke arah yang baik, namun kita butuh orang-orang yang mengerti tentang hakikat daripada kehidupan itu sendiri.

    Tujuannya sederhana, seluruh elemen Masyarakatnya hidup teratur, jauh dari kemiskinan, kehesatan Masyarakat dan lingkungan terjamin, kekokohan kebudayaan, pendidikan yang bermutu, keharmonisan yang tulus dan lain lain yang tergolong hal baik dan benar demi kemajuan Masyarakat dan Daerah. 


    Apabila kita (Masyarakat) yang kualitas sumber daya manusianya masih jongkok (maaf) haruslah dengan gembira dan tulus mendukung orang-orang yang sudah berniat untuk bertarung secara sehat demi membangun daerah dengan telah melewati beberapa persyaratan diatas tadi.

    Anehnya, kita yang sudah tidak bisa apa-apa dan memang TIDAK BISA APA-APA melihat orang-orang yang sudah berusaha bersaing secara sehat dalam momentum ini merasa keberatan dan menolak mendukung kecuali ada harga roko deng doi pulsa. Ini satu kebodohan yang perlu Om, Bibi, Nyong deng Nona sadari. Apalagi orang-orang yang memilih berjuang sudah tidak diragukan lagi Loyalitas, Integritas, Akuntanbilitasnya terhadap Negeri ini


    - TOLONG JANGAN JADI BATU DALAM RUMAH SANDIRI
    - STOP PIARA IRI HATI
    - STOP 
    PAKA DADA KALAU KOSONG
  2. Untuk yang berhak memilih, kita haruslah mengerti bahwa setiap Manusia dan akalnya memiliki standar kebenarannya masing-masing. Ini akan menjadi hal tersulit jika kita tidak pernah mau belajar mengenal siapa kita dan siapa pilihan kita. Sadar atau tidaknya, pilihan kita menentukan masa depan daerah ini, meskipun sehari sebelum tusuk dada (COBLOS) torang sudah punya doi roko dan pulsa.

    Maka pilihlah orang-orang yang benar layak dan pantas. Kalaupun sudah menentukan pilihan dan pilihan kita melenceng dari nilai nilai kebaikan dan kebenaran, jangan sesekali marah tapi berbaringlah ditempat ternyaman kita dan silahkan buang ludah suapaya jatuh ke wajah sendiri lalu sadar diri.


    Dan untuk kita (Yang Otaknya Sadiki Tiarap Alias kurang mangarti banyak) tolong jangan saling menjatuhkan. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan, tapi menilai dengan baik dan teliti sebelum memilih merupakan jalan KEWARASAN.


Ini Bukan Lagu Hip Hop atau Puisi.
Amal Hasanuddin. Tidore, 14 Febuary 2019

Amal Hasanuddin 

Jumat, 08 Februari 2019

SEVENTEEN - KEMARIN (By Tereza) II Cover Video (MDj) II



Kemarin engkau masih ada di sini
Bersamaku menikmati rasa ini
Berharap semua takkan pernah berakhir
Bersamamu
Bersamamu


Kemarin dunia terlihat sangat indah
Dan denganmu merasakan ini semua
Melewati hitam-putih hidup ini
Bersamamu
Bersamamu


Kini sendiri di sini
Mencarimu tak tahu di mana
Semoga tenang kau di sana
Selamanya


Aku selalu mengingatmu
Doakanmu setiap malamku
Semoga tenang kau di sana
Selamanya


Kini sendiri di sini
Mencarimu tak tahu di mana
Semoga tenang kau di sana
Selamanya


Aku selalu mengingatmu
Doakanmu setiap malamku
Semoga tenang kau di sana
Selamanya


SEVENTEEN-KEMARIN
Penulis lagu: Kakanda Alm. Herman Sikumbang

#COVER_VIDEO
https://www.youtube.com/channel/UCQqtfulGwODr3VW728WaDVg/featured?view_as=subscriber?sub_confirmation=1



Selasa, 11 Desember 2018

WANITA API - King Laef

WANITA API


Senin kemarin di perjalanan subuh ayahku beri pesan sakral. "Menulislah nak, nanti kau akan tahu, bahwa menulis juga ialah pengharapan". Semoga tinta di selasa ini tak berbalik karam dan terjaga. Ia sendiri yang akan paham aforisme tulisan ini. Wanita Api itu selalu punya cara gila sendiri untuk meramu kisah, dimulai dari hal-hal kocak yang aku sendiri juga ternyata menyimpannya dengan selaksa. Penghargaan pada jejak, merapal kagum melalui tawa-tiwi lepas dalam buku usang jelmaan artefak. Art and no fake.

Ah kelak, di suatu pagi yang entah, kaulah yang harus dirindui (dalam-salam). Yah aku lelaki dekil ini yang akan menanak rindu-rindu itu dalam hujan api, dalam pagelaran demonstrasimu, dalam kuliner ajaibmu, dalam voicenote anehmu, dalam perdebatan Tiki dan Steinbeck, haha dan sialnya ada juga percakapan maskawin woahaahaha yups aku ingat! bukan sekotak alat makeup tapi buku selemari kan? yah? sial kan kalau soalan maskawin. Tapi Ijabkabul adalah percaya! Au ah sakralnya seperti kepercayaan jati pada diri Melysandre menghidupkan kembali Jonsnow melalui restu dewa api. 

Sebab itulah aku menyebutnya wanita api, tanpa tapi, wanita yang anti basa-basi, namun fasih berserius bersama semua teduh-tenangnya.

"tetaplah sederhana nona"
Persetan dengan lihai makeup dan staylist, aku mencanduimu lebih sehat daripada mereka yang tidak lama lagi akan terbakar zat mercury di bibir dan sekujur bidang hingga gengsi hangus di ranjang.

Seperti buku usang itu, simpanlah ini sebagai penghargaan jejak!!! karena;
Benar kata Senartogok;
Bertahan adalah Bentuk cinta yang paling liar.

by: kingLaef
#kingLaef 
#PANG

Minggu, 02 Desember 2018

POSTEMATI - King Laef

POSTEMA(TI)

Hormat Om Hillenburg, damailah dalam dawai bersama altar kuning sponge yang menimbun misi penyelamatan masa kecil kami.
Tertawalah dari atas sana karena Tontonan saat ini sudah tak sehat lagi setelah kedatangan acara rumah uya, karma, dan fesbukers. Belum lagi serial azab box channel ikan terbang itu over skenario di dengkul nalar. 

Om Hillenburg !! kalau nanti kalian sudah ditempat yang sama, tatkala bercanda ketika bertemu tolong sampaikan salamku pada Kurt Cobain, katakan padanya bahwa ada lelaki gila perindu mati tergila-gila pada misterinya, melodinya dan segala sarkasnya. Katakan padanya juga, di sudut tenggara asia ada sebuah negara dengan pemimpinnya dulu melarang berpendapat. 
bangsat kan??  tapi dizaman televisi berwarna ini pun sudah banyak tak diminati lagi, ada wadah baru, seperti berhala wajib bayar tukar kuota. yah sosial media. Banyak ranjau TnT disana. 

Wadah yang dengan nyaman kita dipaksa berbohong ketika ditanya masih gadis atau sudah janda! Sadafakap sebut saja saya mawar penjual boraks suara sengau sebagai tempat gelap menabur kebaikan namun menakuti berbagai lini, kini pasien sakit lama dan baru terjangkit wabah yang lebih menjengkelkan. Intoleransi, sialan,g elud online warganet SARA.
Stop body shaming di media sosial.

Bangsat apapun yang mengatas namakan agama untuk pertumpahan darah. Tidak Terimaaksih.

ditulis saat mulut sedang berapi karena makan pentolan mas risik.

Makassar. 1 desember 2018.
depan rumah komandan bekas pos kambling 212 nasbung.

By King Laef


Selasa, 27 November 2018

KASTIL ( IV ) By: kingLaef

KASTIL ( IV ) 


Ouuuuuu.... 
Euthanasia.... 
Salam Tuan dan Puan... 
Aku lelaki gila yang kalian kafiri namun tak mau berhenti menjaga api. Senin mencair, selasa kupenuhi cangkir yang pandir. Aku fakir ilmu senapan dan angin bawah tanah kikis tersingkir di dubur wasir, kufurlah wahai pedofil. 
kastil_KingLaef
Until siasat di isu kata per kata aku amini dalam kamus kepala usang, kala telinga telaah dengan seksama doa si Insthinc. 
Amiinnn... 
Kalian Manekin... 
Seperti pasrahnya warga diperkosa kartel dengan adanya TPA ilegal di pulau kalymnos, asap bak pedang, menghunus paru-paru dengan slogan pengembangan wisata. 
Sampah.. Sumpah dibakar dengan hajat resiko bersama, Seperti Walk of fame palsu dijalanan california. Gondok seisi tenggorok, bila lihai meneguk fatwa si oximoron, gorok adegan peduli dengan belati Gorki yang haus bercinta dengan anarki. 

Sajak ini untuk kita yang tak lagi menimbang setengah diri tapi nimbrung mencandui berbau explicit seperti content brutal media meriwayatkan kematian Khasogi namun melewatkan wacana eksekusi TKI Indo. Bajingan di tempat ke empat tanpa mengumpat, antagonis berbagai serial aku bak Minak jinggo, yang terus menjaga waras dari ternak hoax Bolsonaro. 

Ah nisan dalam nalarku. Terbaring di kasur kenangan memeluk tinta sebagai guling, selimut kain kafan dari penyair Kafka dan alas buku berdebu tetua musafir makkiah. Aku masih menari bersama hilangnya jejak si Semar yang menaruh setiap karya Zine-nya dengan anti copyright. " Segera tiba.. Hari-hari mencekam akan segera tiba. Melesap dengan cepat mengurungmu dengan alinea, siapkan pena dan tulisi dengan kata-kata paras-paras yang membuat keringat mengucur memeras bongkah-bongkah peristiwa.

Tak abadi.... 
Aku mati menggenggam dua dawai tangkai padi....
Yang satu siap bersemi....
Yang satu telah berseri....

BERSAMBUNG. . . . . 
#KING_LAEF 
#PANG

Jumat, 16 November 2018

Aku dan Kalaodi (Sebuah tulisan biasa untuk menyambut Festival Kalaodi 2018) II SZT


Aku dan Kalaodi
(Sebuah tulisan biasa untuk menyambut Festival Kalaodi 2018)



 
Syafitri Zahra Togubu
          Kalaodi, sebuah nama desa yang letaknya berada di ketinggian Kie Matubu (nama gunung dari Pulau Tidore). Kalaodi adalah desa bagian dari Kecamatan Tidore Timur, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Karena letaknya di ketinggian, suasana di desa Kalaodi begitu asri, sejuk dan damai. Seperti namanya, Kalaodi tak beda jauh dengan kata dalam bahasa inggris, yakni cloudy yang artinya berawan.
Hal ini memang benar adanya, bahwa Kalaodi adalah desa yang secara geografis memiliki letak yang begitu dekat dengan langit dan awan. Ini bukan berarti dari Kalaodi kita bisa menyentuh langit secara langsung. Tetapi, karena berada di ketinggian, maka bila kita menatap ke langit, langit itu terasa begitu dekat dari pandangan kita. Bila beruntung, kita akan disuguhi pemandangan yang sangat sayang bila dilewatkan begitu saja, yakni ketika kabut turun dari langit  dengan perlahan, lalu kabut itu akan menyelimuti seisi desa dengan kedamaian yang menentramkan hati.             
Kalaodi bukanlah desa yang baru muncul pada waktu sekarang ini. Keberadaan kalaodi sudah ada sebelum bangsa Indonesia diakui kemerdekaannya oleh seuruh negara di dunia. Kalaodi adalah saksi perjuangan seorang pemimpin yang luar biasa, yakni Sultan Nuku kala akan melakukan pemberontakan pada Belanda. Menurut ceritanya, Kalaodi adalah bagian dari incaran Belanda, agar hasil komoditas desa ini, yakni cengkih dan pala, bisa dimonopoli. Dalam hati, aku merenung berarti desa ini bukanlah desa yang bisa diremehkan keberadaannya. Pada musim panen, seluruh rumah yang ada akan ramai dengan petikan buah cengkih dan aroma khas buah pala. Pohon pala dan cengkih sendiri akan kita temui dalam setiap jengkal tanah desa ini. Sungguh, Allah Maha Baik.


            Pesona Kalaodi tak hanya terdapat pada alamnya semata. Namun, juga pada masyarakatnya. Tawa dan keceriaan bocah-bocah Kalaodi akan membuat hati kita terpanggil untuk mengadakan segala ikhtiar yang baik bagi keberlangsungan hidup dan cita-cita mereka. Ramahnya perlakuan masyarakat bisa dilihat dari bagaimana cara mereka memuliakan tamu-tamu yang berkunjung ke desanya. Di Kalaodi, kita benar-benar jauh dari hingar-bingarnya kota, bahkan sinyal telepon pun masih sangat lemah ketika digunakan. Jadi, Kalaodi itu benar-benar tempat yang cocok untuk merenungi diri sekaligus mencari inspirasi untuk langkah ke depannya nanti. Aku sudah melakukan ini dan menikmati hasilnya.             

Kultural masyarakat Kalaodi yang begitu dekat dengan alam menjadikan alam pun senantiasa menjaga mereka sekalipun desa ini berada di antara bebukitan yang tinggi menjulang. 

Baru-baru ini, di Kalaodi diadakan ritual Paca Goya, sebuah ritual untuk memberikan nafas atau jeda pada alam setelah musim panen usai digelar. Selama tiga hari, masyarakat Kalaodi tidak melakukan aktivitas di luar rumah, baik bersekolah maupun berkebun. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama bahkan bisa dikatakan sejak berates-ratus tahun yang lalu. Inilah menjadikan Kalaodi begitu kharismatik dengan segala ketenangannya.            

Berdasarkan kondisi nyata ini, rasanya tak salah bila dalam beberapa hari ini Kalaodi akan dikunjungi oleh seluruh lapisan masyarakat, sebab Festival Kalaodi akan diberlangsungkan di sana. Festival ini diadakan oleh komunitas yang begerak di bidang lingkungan hidup, baik di darat maupun di laut, dan komunitas ini sering menjadikan Kalaodi sebagai tempat riset maupun memainkan peran mereka dalam menjaga keasrian alam dari Kalaodi ini. Aku memang bukan perempuan yang menanam ari-arinya di desa Kalaodi, tapi seluruh jiwaku terparti utuh di sana. Jangan coba-coba mengusik ketenangan Kalaodi dengan kapitalisme yang terbungkus tawaran-tawaran manis yang nantinya menyebabkan alam murka. Kalaodi adalah warisan yang harus dijaga hingga nanti.


            Bagiku, kalaodi bukan hanya sekedar desa di ketinggian. Kalaodi adalah rumah. Yang akan selalu aku datangi selama hayatku masih bergema di dalam raga ini. Kalaodi adalah sumber inspirasi yang setiap lekuk dirinya mampu menghadirkan sajak-sajak maha indah dari mereka yang lihai bermain diksi. Kalaodi adalah cinta yang tak lekang oleh waktu. Percayalah, sekali saja kau berkunjung ke sana, maka kau akan berhasrat untuk kembali meski sudah berkali-kali. Kalaodi, tetaplah sederhana tanpa kemewahan yang taka ada akhirnya.


Oleh : Syafitri Zahra Togubu

Rabu, 31 Oktober 2018

Cahaya Di Antara Bercahaya ll SZT


Cahaya Diantara yang Bercahaya


Lembayung berkilat mendung...

Rinai jatuh tak mampu terbendung...

Takdir kian mendecakkan relung...

Sebab, nafas ini sudah tuntas di jalan yang berujung...

Aku akan pulang...

Sebagai hamba yang memikul segenap dosa-dosa usang...

Aku pasti pulang...

Menuju pada segala yang tak pernah hilang...

Direnggut oleh izrail sembari lirih meneguhkan hati...

Menyebutkan kesaksian atas nama Illahi...

Hidupku telah menaungkan usai...

Liang lahat kinilah yang aku diami....

Pulang ialah kembali...

Semua punya lekang yang pasti...

Hidup akan berjumpa dengan mati...

Cahaya masih saja menerawang tinggi...

Pasti ia tembus hingga ujung yang tak bertepi...

Cahaya itu akan redup nanti...

Saat Yang Maha Memiliki cahaya itu berkata sudah waktunya kau kembali...

Entah, dengan tauhid yang sejati atau dengan serakah yang tak berperi...

Kita semua akan sampai pada tuju yang disebut dengan mati...

Mari, bermuhasabah diri...


Syafitri Zahra Togubu

Bekasi, 31 Oktober 2018

Selasa, 30 Oktober 2018

Kekasih Bawah Tanah II King Laef


Kekasih Bawah Tanah


KEKASIH BAWAH TANAH  [KING LAEF]
Berapa lama kau sanggup ? 
Selesaikan saja tenangmu dengan diam, tapi jangan hilang !! itu pinta sang pecinta. bukan si ulung hardik pengakuan, karena seyogyanya Pengakuan ialah bahagia yang mekar sekejap dalam palung paling ngilu. Jangan meragu!! Seperti ibu, ketika menempel hiasan di pintu kulkas dengan anekdot berupa macam. ibu tidak takut. 

Ibu tidak khawatir akan hilang. ibu paham jika hilang berarti ia harus menikmati dalam bentuk yang tidak ada pula. Begitulah kekasih bawah tanah-ku. Tanpa meracau seperti merecon di timeline medsosnya, tanpa duga serupa, tanpa iba berlimpah, rasanya slalu jenaka, ia berbeda dari kebanyakan pecinta. Aku cinta. 

Pernah suatu waktu beberapa jengkal sebelum matahari terbenam, ia dan kawan baiknya sedang khusyu beribadah senja, katanya; senja adalah terapi merebahkan penat, dimana kesibukan serupa air laut yang terus menyengat. ia mengabadikan moment dengan semangat yang hampir hilang oleh siluet senyum saktinya. Kemudian mengirimku beberapa percakapan mata dan aku, mataku berkaca-kaca. Langit gelap, ia menuju pulangnya setelah penatnya pergi bersama jingga yang memudar. Malam seperti kawan baiknya. Membaca, Nada, Gitar, Cerita, Luluran, Tuntaskan game, Larut, dan Rehat. 


Aku bahkan tak paham, kenapa pagiku begitu teduh saat pesan audionya kudengar pertama kali. Náh bïlá ; kalau ia dalam ceret uap emosi, aku menjelma gelas dingin kopi. hangatnya seperti pagi syawal di pedesaan tengah halmahera. Deringan telpon mengetuk rehat, Bangun dan menyapa.

Jauh sebelum ini.
Aku ingin memberitahumu;
Inilah waktunya.
Kekasihku...

Kau harus tahu, akan ada saat-saat yang tak mudah yang harus kita hadapi nanti. Jangan berpikir aku telah berhenti peduli, jika saja aku salah cepatlah katakan agar aku segera memohon ampunan. Jika aku terlihat mengabaikan, jangan cari perhatian lain. 
Marahlah padaku agar aku bisa mengatur kembali pola hidupku, aku tak pernah tahu bagaimana akhir dari semua hari. Aku hanya tahu kini dan nanti, kaulah yag ingin ku miliki. Terimakasih sudah memilihku, tetaplah kuat melalui apapun itu. Jangan menyerah, meski kau lihat akupun mungkin saja bisa lelah. Kau dan aku, hanya perlu saling menguatkan. Bukan mencari hal-hal yang bisa membuat lemah dan terjarakan. Sejak denganmu aku tak lagi mencari cinta, sebab bagiku cukuplah kamu saja.
Kau harus tahu.


Tentangmu pada semua cerita.

Pada semua masalah kita. Aku tetap mencintaimu dengan segenap aku, caraku, dan semua pelajaran yang kudapat darimu. Dari aku, lelaki gila yang mencintaimu dengan seluruhnya.




Makassar 27 Oktober 2018
KING  LAEF 

BATU BARA MENGETUK PINTU

KingLaef & Asar Shame Terseret abad revolusi industri Patani Timur, Desa Peniti Damuli, Mendengar kabar saja Sun...